Opini

Minggu 15 Juni 2025 | 21:32 WIB

Laporan: Khotib

Menjaga Budaya di Tengah Arus Globalisasi Melalui Gaya Berpakaian

Imam Al Hakim, Mahasiswa Universitas Pamulang. (Ist)

Di tengah derasnya arus globalisasi dan perkembangan trend fashion atau gaya berpakaian, hususnya gaya berpakaian wanita Indonesia mengalami transformasi yang signifikan. Dari gaya kasual, streetwear, hingga modest fashion yang kini digemari generasi muda, ekspresi diri melalui busana menjadi bagian dari dinamika kehidupan masyarakat urban modern. Namun, di balik kebebasan berekspresi ini, muncul pertanyaan penting: sejauh mana gaya berpakaian mencerminkan identitas kewarganegaraan dan nilai-nilai budaya bangsa?

Gaya berpakaian tidak sekadar soal estetika atau kenyamanan, tetapi juga merupakan penyampaian etika dan simbol budaya serta identitas sosial bahkan identitas nasional suatu bangsa. Dalam konteks kewarganegaraan, berpakaian dapat menjadi refleksi dari kesadaran seseorang akan jati diri nasional. Misalnya, mengenakan batik dalam acara formal, atau memodifikasi busana tradisional agar tetap relevan dengan tren masa kini, adalah bentuk adaptasi yang tetap menghormati akar budaya.

Namun, tantangan muncul ketika pengaruh budaya luar masuk tanpa filter. Gaya berpakaian yang terlalu terbuka atau tidak sesuai dengan norma sosial Indonesia kadang menimbulkan polemik. Masyarakat terpolarisasi antara mendukung kebebasan berekspresi dan mempertahankan norma lokal yang dianggap merepresentasikan “nilai-nilai Indonesia.” Dalam hal ini, peran pendidikan kewarganegaraan dan literasi budaya menjadi penting untuk menumbuhkan kesadaran bahwa kebebasan berpakaian tetap harus sejalan dengan tanggung jawab sosial dan etika publik.

Media sosial turut mempercepat penyebaran trend global, tetapi juga bisa dimanfaatkan untuk memperkuat identitas bangsa. Influencer dan desainer lokal kini banyak yang mengangkat budaya Indonesia melalui desain busana yang inovatif namun tetap berakar pada kekayaan lokal. Hal ini menunjukkan bahwa gaya berpakaian bisa menjadi jembatan antara identitas personal dan identitas nasional.

Dalam kerangka negara Pancasila, kebebasan individu dijamin, namun harus dilandasi oleh nilai gotong royong, kesopanan, dan keadilan sosial. Oleh karena itu, gaya berpakaian wanita masa kini hendaknya tidak sekadar mengikuti selera dunia, tetapi juga menjadi bentuk penghormatan terhadap jati diri bangsa.

Dalam konteks Indonesia yang majemuk, cara berpakaian tak bisa dilepaskan dari tiga pilar penting: kebudayaan, hukum sosial/adat, dan nilai-nilai agama. Setiap daerah memiliki warisan budaya yang berbeda dalam hal busana, seperti kebaya di Jawa, ulos di Sumatra, atau songket di Bali. Busana tradisional ini tidak hanya simbol estetika, tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis yang merepresentasikan identitas lokal.

Selain budaya, norma sosial dan hukum adat juga membentuk batasan tak tertulis mengenai apa yang dianggap pantas atau tidak dalam berpakaian. Di sebagian masyarakat, berpakaian sopan bukan hanya bentuk kesantunan, tetapi juga bagian dari tata tertib sosial yang dijaga secara turun-temurun.

Tak kalah penting, ajaran agama juga memberikan pedoman bagi sebagian besar warga negara Indonesia dalam memilih busana. Dalam Islam, misalnya, prinsip menutup aurat menjadi acuan dalam berpakaian yang tidak hanya berlaku bagi perempuan, tetapi juga laki-laki. Prinsip serupa dapat ditemukan dalam agama-agama lain yang juga menekankan kesopanan dan kehormatan dalam berpakaian.

Megutip dari ungkapan Najwa Shihab, seorang Jurnalis dan Aktivis Sosial yang menyatakan “Kita tidak anti globalisasi. Kita hanya ingin memastikan bahwa yang global tidak menghapus yang lokal.”

Oleh karena itu, dalam merespons trend fashion global, masyarakat terutama perempuan diharapkan mampu menyeimbangkan antara kebebasan berekspresi dan tanggung jawab sosial yang berpijak pada budaya lokal, norma sosial, dan nilai keagamaan. Dengan begitu, gaya berpakaian wanita masa kini bukan sekadar mengikuti mode, tetapi menjadi bentuk penghormatan terhadap identitas bangsa dan keberagaman nilai yang hidup di tengah masyarakat Indonesia.

By; Imam Al Hakim, Mahasiswa Universitas Pamulang Prodi Teknik Informatika

Comment