Opini
Kamis 05 Juni 2025 | 21:16 WIB
Laporan: Khotib
Maraknya Perilaku Bullying Dan Krisisnya Moral
Siti Nurhikmah (mahasiswa Unpam).
Istilah bullying dan krisis moral Sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga kita, karena dalam beberapa tahun terakhir ini diseluruh negara khususnya negara kita indonesia. Bangsa indonesia khususnya anak-anak bangsa di hadapkan pada fenomena yang sangat menghkawatirkan : Bullying, dan krisis moral.
Berdasarkan data yang telah di terbitkan di sebuah artikel ilmiah di journalpedia.com yang berjudul "perilaku bullying di kalangan remaja dan faktor yang mempengaruhinya" data yang menunjukan bahwa kasus bullying fisik mencapai 55,5%, bullying verbal sebesar 29,3%, dan bullying psikologi sebesar 15,25%. fenomena ini sudah mencerminkan bahwa adanya krisis moral yang mendalam di kalangan generasi masa kini.
Bullying bukan sekedar tindakan kekerasan antar indivudu tapi mencerminkan erosi nilai-nilai kemanusiaan dalam Pancasila yang ke 2, “kemanusiaan yang adil dan beradab”, yang seharusnya adanya kebersamaan dan ke adilan dalam kehidupan jadi hilang karena adanya prilaku bullying dan krisis moral di dalam kalangan anak muda sekarang, maka jelas bahwa telah tergerus nilai-nilai Pancasila dalam diri generasi muda masa kini.
Pendidikan pancasila, sebagai upaya untuk menanamkan nilai-nilai dasar bangsa, seharusnya berperan sentral dalam membentuk karakter pelajar, Namun, realita yang menunjukan bahwa implememtasi pendidikan pancasila belum sepenuhnya efektif dalam mencegah prilaku menyimpang seperti bullying. Hal ini sangat di pertanyakan di mana letak pendidikan kita dalam nilai nilai pancasila?
Bisa dilihat bahwa salah satu faktornya adalah pendekatan pembelajaran yang masih bersifat teoritis dan kurang aplikatif. Nilai-nilai seperti kemanusian, persatuan, dan keadilan sosial seringkali hanya menjadi materi semata tanpa diinternalisasi dalam perilaku sehari hari. Dan akibatnya, pelajar atau anak-anak muda sekarang tidak memiliki pemahaman mendalam tentang pentingnya saling menghormati dan menjunjung tinggi nilai niilai kemanusiaan di pancasila dalam dirinya.
Di tengah arus informasi yang begitu cepat dan bebas di era digital sekarng ini, generasi muda semakin rentan terpapar konten-konten yang bertentangan nilai-nilai pancasila. Bullying kini tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi juga merambat ke dunia maya melalui media sosial dalam bentuk perlindungan digital atau biasa disebut cyberbullying.
Jenis bullying ini sering sekali tidak terlihat secara kasatmata, namun dampaklnya bisa jauh lebih dalam dan berkepanjanagan, dampaknya pun bisa sangat besar terhadap psikologi korban. korban cyberbullying kerap mengalami tekanan psikologi berat, mulai dari kecemasan, depresi, hingga kehilanagan kepercayaan diri dan menarik diri dari lingkungan sosial. ironisnya, karena dilakukan dibalik layar, para pelaku merasa tidak bertanggung jawab dan menganggapnya hanya candaan, tanpa menyadari dampaknya.
Pedidikan pancasila berbasis karakter harus mendorong siswa untuk mengembangkan rasa tanggung jawab, toleransi, dan kepedulian sosial, baik di dunia nyata maupun dunia maya. Pengguna media sosial pun harus disertai dengan pemahaman tentang etika dan literasi digital, sehingga mereka pun dapat menerima perbedaan, menyaring informasi, serta menolak segala bentuk kekerasan atau bullying baik didunia nyata maupun di dunia maya.
Untuk mengatasi bullying dan mirisnya moral ini diperlukan revitalisasi dalam pendekatan pancasila dalam pembelajaran sekolah dan dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya sebagai guru harus menjadi teladan dalam menerapkan nilai-nilai pancasila dan mendorong siswa untuk mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kerterlibatan orang tua dan masyarakat juga penting dalam menciptakan lingkungan yang membentuk karakter positif untuk anak.
Maka dari itu, pendidikan pancasila harus dikemas dengan pendekatan yang kontekstual, menyentuh realiatas kehidupan siswa atau anak-anak muda saat ini. metode pembelajaran yang harus lebih interaktif, berbasis nilai, dan didukung oleh teknologi yang berbasis interaktif akan lebih efektif dalam membangun kesadaran dan kepedulian moral bagi anak-anak bangsa.
Dengan demikian diharapkan para pelaku khususnya para pelajar lebih mudah memahami dan dapat melakukannya dengan mudah serta berhenti untuk melakukan bulliying, setidknya mengurangi intensitasnya.
By; Siti Nurhikmah, Mahasiswa Universitas Pamulang Prodi Teknik Informatika

Comment