Opini

Sabtu 17 Nopember 2018 | 12:15 WIB

Laporan: Aulia Luthfi

Memilih Menabung Atau Investasi

Aulia Luthfi, Mahasiswi Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

Pada saat ini kondisi perekonomian di Indonesia yang tidak menentu membuat masyarakat harus memiliki perencanaan keuangan dalam kehidupannya. Tidak hanya untuk mengatur keuangan yang sesuai dengan kebutuhan saja. Akan tetapi masyarakat juga harus memikirkan tentang menggunakan pemasukan untuk hal-hal yang memang nantinya akan menguntungkan bagi masyarakat kedepannya seperti menabung atau investasi.

Salah satu permasalahan yang sering dialami oleh masyarakat awam ialah anggapan mereka yang mengatakan bahwa menabung dan investasi itu sama atau menabung salah satu bentuk dari investasi.

Jika dilihat dari istilah merupakan 2 kata yang memiliki berbeda arti. Menabung sendiri ialah menyisihkan sebagian dari pemasukan untuk disimpan, yang dapat dilakukan di rumah, bank, ataupun tempat lainnya yang dirasa aman untuk menyimpannya. Sedangkan investasi sendiri ialah proses penanaman uang yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan di masa mendatang.

Minat masyarakat Indonesia sendiri untuk berinvestasi dinilai masih cukup rendah. Karena dari tingkat pemahaman masyarakat Indonesia soal investasi saat ini masih minim. Masyarakat lebih suka menabung daripada Investasi. Dalam urusan hal ini, Indonesia bisa dibilang jauh kemajuannya dengan negara tetangga.

Ivan Jaya selaku Head Wealth Management & Retail Digital Business Commonwealth Bank mengatakan, saat ini jumlah masyarakat yang berinvestasi hanya sekitar 0,4% dari jumlah penduduk Indonesia.

Angka itu jauh dibawah negara-negara tetangga. Misalnya, di Malaysia, penduduk yang ikut investasi saham sudah mencapai 57% dari jumlah penduduk. Sementara di Thailand sebesar 6% yang ikut invesatasi dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Lalu di China sebesar 9% penduduknya sudah menabung saham. Atau India sudah 4%  dari jumlah penduduk yang investasi di pasar modal.

Andres Christian. Managing Director Inside ID menyebutkan bahwa masyarakat masih lebih tertarik untuk menabung ketimbang berinvestasi. “Orang Indonesia masih lebih memilih untuk bermain aman dengan menempatkan uang mereka ke tabungan yang risikonya cenderung kecil, ketimbang berinvestasi,” ujar Andreas dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (11/2/16).

Hanya sekian juta lebih masyarakat yang sudah melakukan investasi. Ini perlu menjadi pusat perhatian seluruh masyarakat. Perlu adanya gerakan untuk membuat Indonesia lebih baik dalam berinvestasi. Bahkan pemerintah tidak perlu menambah utang seperti saat ini apabila masyarakat memiliki tingkat kesadaran yang tinggi terhadap investasi.

Misalnya investasi saham mampu menghasilkan keuntungan sebesar 195,2% dalam kurun waktu 10 tahun. Dalam waktu yang sama, investasi reksa dana mampu menghasilkan keuntungan sebesar 203%, investasi emas pun mampu menghasilkan keuntungan sebesar 89,4%, obligasi menghasilkan keuntungan sebesar 117%, deposito menghasilkan keuntungan sebesar 74,4%, atau investasi property yang menghasilkan keuntungan sebesar 54,2%.

Sedangkan jika masyarakat memilih untuk menabung uang di Bank dalam kurun waktu yang sama, yaitu 10 tahun, misalkan uang sebesar 10 juta, dalam 20 bulan hanya bertambah sebesar 7,1%, dan dalam waktu 10 tahun maka menghasilkan keuntungan sebesar 42,6%.

Pada kesimpulan kali ini, bisa dikatakan bahwa menabung dikalangan masyarakat lebih banyak diminati daripada berinvestasi. Padahal jika masyarakat memilih untuk berinvestasi di pasar modal, return yang diberikan bisa menyaingi tingkat inflasi yang terjadi. Kini berinvestasi pun sudah mulai mudah dan canggih karena bisa diakses secara online. Prosesnya yang sederhana, dan banyak informasi yang dapat diraih melalui internet mengenai saham, terlebih munculnya perusahaan website yang berlatar belakang finansial. Dan jika dilihat dari data yang sudah disajikan, bunga dari tabungan masih kalah dengan besarnya inflasi.

Itulah kenapa lebih baik masyarakat berinvestasi saham, secara perlahan menabung saham meberikan nilai lebih dari sekedar nilai tabungan biasa. Dana yang ditanamkan oleh masyarakat di pasar modal akan dikelola untuk mengembangkan bisnis. Sehingga perusahaan bisa terus berjalan karena mendapatkan suntikan modal. Jika perusahaan tersebut berkembang maka jumlah karyawan pun akan semakin bertambah, secara tidak langsung masyarakat yang menanamkan modalnnya di pasar modal ikut membangun perekonomian negara dengan membuka lapangan kerja.

Kita sebagai generasi milenial sebaiknya mengajak semua masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal. Dengan memberikan edukasi yang terarah supaya masyarakat tidak ragu, dan tidak menganggap bahwa investasi saham selalu investasi bodong. Dan melakukan sosialisasi dari mulai lingkup yang terkecil seperti keluarga sampai lingkup yang besar. Melek digital adalah kuncinya. Karena media massa memiliki peranan yang besar dalam mendorong gerakan melek investasi ini.

Penulis adalah Aulia Luthfi, Mahasiswi Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA

TAG BERITA

Comment