Kampus

Selasa 25 April 2017 | 23:46 WIB

Laporan: Maruf Mtq

Revitalisasi SMK untuk Tingkatkan Daya Saing

siswa SMK

Jakarta - Daya saing sumber daya manusia yang masih rendah tak dapat dipungkiri masih menjadi persoalan serius bangsa Indonesia dalam menghadapi persaingan di pasar dunia. Berdasarkan laporan Indeks Daya Saing Global 2016-2017 yang dirilis Forum Ekonomi Dunia (WEF), posisi daya saing Indonesia melorot dari peringkat ke-37 menjadi peringkat ke-41. Salah satu penyebabnya adalah penetrasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang masih rendah.

Bila belihat negara-negara seperti Swiss, Jerman dan Austria yang memiliki daya saing tinggi dan sumber saya manusia yang terampil, maka kuncinya ada pada pendidikan, terutama sekali pendidikan vokasi. Jenjang waktu belajar di sekolah berbasis vokasi atau sekolah kejuruan disana dilakukan selama empat tahun. Ini berbeda dengan Indonesia yang menyelenggarakan pendidikan vokasi selama tiga tahun saja. Para siswa SMK disana ketika umurnya beranjak 16 tahun, mereka sudah magang, tak heran bila mereka begitu terampil.

Mengacu pada realitas daya saing dan contoh pendidikan di negara lain, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia kini didorong untuk memasuki era pendidikan berbasis ilmu pengetahuan modern. Menurut Ir. Ananto Kusuma Seta. M Sc. P. HD, Staf Ahli menteri Bidang Inovasi dan Daya Saing, di SMK tidak boleh ada lagi istilah siswa SMK hanya menjadi tukang fotocopy ketika melakukan praktek kerja industri.

Dalam konteks pembangunan ekonomi nasional, SMK diharapkan dapat menjadi penopang seluruh kebutuhan bangsa. Terutama dalam empat program prioritas; bidang pertanian, bidang kemaritiman, bidang pariwisata, dan bidang industri kreatif. Dan ini sesuai dengan prioritas yang diinginkan dalam Instruksi Presiden No. 9 tahun 2016 tentang Revitalisasi SMK.

Pertanian menjadi prioritas pertama karena selama ini kita seringkali disebut sebagai negara agraris namun belum mampu menopang ketahanan pangan secara baik. Terutama sekali dalam hal pengelolaan lahan pertanian, penguasaan teknologi peralatan pertanian. Secara mental, para petani kita kurang memiliki kebanggaan untuk menjadi petani seutuhnya. Padahal seperti dikatakan Bung Karno, bahwa “Pertanian itu merupakan hidup mati bagi sebuah bangsa.”

Bidang kemaritiman tak kalah pentingnya, ada begitu banyak peluang dan lowongan kerja yang bisa dimasuki para lulusan SMK. Baik dalam budidaya, penangkapan, maupun pengolahan ikan dan hasil laut laut lainnya. Pun demikian dengan bidang pariwisata, dimana Indonesia memiliki spot-spot wisata yang berpotensi memperluas lapangan kerja para lulusan SMK dan tentu saja juga menambah devisa. Potensi alamnya yang indah, diyakini dapat mampu menarik para wisatawan/traveler mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia.

Lalu bidang industri kreatif juga menjadi penting, terutama terkait teknologi informasi dan komunikasi. Para lulusan SMK yang berada dalam ranah ini bahkan diharapkan dapat menciptakan lahan pekerjaan dengan memproduksi hasil karya mereka dalam bidang percetakan, multimedia, advertising, dan fashion. Selain menyenangkan, pekerjaan di bidang industri kreatif juga sangat bernilai ekonomi. Karena bidang ini memiliki potensi yang terus berkembang seiring dengan perkembangan kreativitas dan peradaban manusia (budaya dan teknologi).

Memasuki era digital peluang industri kreatif semakin besar di tahunmendatang, bisnis kreatif yang memanfaatkan platform kecanggihan teknologi semakin menjanjikan. Besarnya perhatian masyarakat akan sesuatu yang berbeda, unik dan menarik, tentu menjadi segmentasi pasar tersendiri para pelaku industri kreatif.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) saat ini tengah melakukan perubahan mendasar, berupa penguatan tata kelola kelembagaan melalui percepatan akredititasi sekolah dan sertifikasi. Dari catatan Direktorat Pembinaan SMK Kemendikbud per Juni 2016 misalnya, diketahui setidaknya terdapat 13.167 SMK yang didukung 287.717 guru kejuruan di Indonesia.

Sementara itu, dikarenakan dari 13.167 SMK yang ada di Indonesia tersebut baru 300 SMK saja yang telah memiliki lembaga sertifikasi profesi pihak 1 (LSP P1), Kemdikbud bekerjasama dengan Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) saat ini tengah getol menambah jumlah lembaga profesi (LSP) agar bisa menampung lulusan SMK setiap tahun.

Upaya lainnya untuk mendorong daya saing lulusan SMK adalah dengan melakukan perbaikan dan perubahan kurikulum. Berjalannya fungsi dan tercapainya tujuan pendidikan dapat dilihat dari kurikulum yang sedang diterapkan. Dalam kaitannya dengan kompetensi tenaga kerja, kurikulum dituntut dapat menghasilkan pribadi-pribadi yang berkualitas, mandiri dan berkarakter. Dan untuk memenuhi tuntutan itulah kurikulum selalu dievaluasi. Evaluasi yang sering berujung pada pembaharuan kurikulum ini bertujuan agar kurikulum yang ada sesuai dengan perkembangan zaman dan dapat memenuhi tuntutan lapangan atau dunia kerja.

Ke depan, bisa jadi kurikulum pendidikan vokasi bukan lagi dari Kemdikbud, melainkan dari dunia usaha dan industri (DUDI) sendiri. Dengan seperti itu, maka pendidikan vokasi menjadi benar-benar link and match dengan DUDI yang ada. Tak heran disebutkan bila salah satu misi dalam Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 adalah “mewujudkan bangsa yang berdaya saing.” Upaya ini sejalan dengan visi Indonesia pada tahun 2025 yang diproyeksikan menjadi salah satu negara kejuruan (vokasi), dimana perbandingan atau rasio jumlah siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berkisar 30-70 persen.

Untuk menuju visi tersebut, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan saat ini telah melakukan perubahan mendasar berupa perbaikan dan perubahan kurikulum. Termasuk melakukan sinergi dengan dunia usaha dan industri. Kemdikbud juga melakukan perbaikan dalam berbagai hal termasuk pengadaan guru teknis. Semua itu dilakukan secara bertahap, seperti mendorong guru normatif untuk juga mengajar sebagai guru teknis.

Saat ini, kompetensi yang dihadapi para lulusan SMK kian ketat. Ini berarti pergeseran terus terjadi di bidang akses mutu, tidak hanya pada tingkat pengelolaan sekolah yang professional, juga terhadap kualitas dan hasil optimal yang akan dicapai siswa maupun para lulusan. Karena itu, salah satu penunjangnya harus disiapkan, yaitu sarana dan prasarana di SMK itu sendiri.

Kemendikbud dari tahun ke tahun terus melakukan berbagai kajian dan perbaikan di sana sini tentang kebutuhan ruang belajar, laboratorium, ruang praktek maupun kebutuhan ruang lainnya. Dalam membangun sarana dan prasarana di SMK, sesuai arahan dan pengembangan pendidikan di SMK, fokusnya adalah lebih diutamakan terhadap program unggulan. Dalam hal ini ada tiga program unggulan yang difokuskan, yaitu untuk SMK Rujukan, SMK berbasis komunitas, dan SMK Techno Park.

Sementara ada empat bidang dalam program prioritas yang dipacu dengan melengkapi sarana dan prasarananya; pertama, adalah bidang pertanian, hal ini dimaksudkan dalam rangka menyongsong ketahanan pangan nasional. Kedua adalah bidang perikanan dalam hal ini perikanan dan kelautan, Indonesia butuh tenaga trampil yang siap pakai dalam bidang tersebut.

Ketiga bidang pariwisata, yaitu dengan memperkuat sekolah-sekolah SMK Pariwisata yang daerahnya masuk dalam daerah tujuan pariwisata dan ini menjadi prioritas utama. Serta keempat bidang industri kreatif, laju perkembangan dunia informasi dan teknologi mau tidak mau harus direspon dengan membangun sarana dan prasarana sekolah-sekolah SMK yang berorientasi pada industri kreatif.

Uapaya lain yang didorong Kemendikbud untuk meningkatkan daya saing adalah dengan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Tidak hanya dengan DUDI, kemdikbud juga melakukan perbaikan dalam berbagai hal termasuk pengadaan guru teknis. Kerjasama yang telah dibangun misalnya adalah dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Belanda berupa bantuan tenaga ahli, alih teknologi maupun pengiriman siswa dan guru belajar.

Secara khusus kerjasama dengan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia-Belanda ini telah dituangkan dalam Letter of Intent (LOI) dalam rangka mengembangkan bidang pendidikan dan kejuruan ke dalam empat lini bidang yang menjadi prioritas Pemerintah Republik Indonesia yaitu bidang pertanian, maritim, pariwisata dan industri kreatif. LOI ini dituangkan kedua pihak pada Senin (13/07/2017), di kantor Kemdikbud, Senayan, Jakarta.

Indonesia adalah negeri yang kaya dalam segala hal, karena itu perlu tenaga-tenaga yang terampil untuk mengolah dan mengelolanya. Dan perkembangan Teknologi dan Ilmu Pengetahuan yang dikuasai siswa SMK akan sangat membantu untuk melakukan semua itu. Terlebih lagi, visi ekonomi digital yang digaungkan Presiden Joko Widodo sejalan dengan visi lain Presiden terkait penyiapan tenaga terampil, yaitu melalui jalur pendidikan voksi. Karena itu, tenaga-tenaga terampil di bidang teknologi informasi dan komunikasi ini harus dipasok sebanyak-banyak. Termasuk melakukan inovasi yang pada akhirnya memiliki daya saing yang tinggi. [ ]

TAG BERITA

Comment