Nasional
Rabu 18 Januari 2017 | 11:03 WIB
Laporan: Maruf Mtq
Perkuat Karakter Bangsa Melalui Full Day School

JAKARTA - Berbagai isu sosial yang saat ini terjadi di tanah air sepertinya tidak dapat dilepaskan dari peranan pendidikan. Isu korupsi, kekerasan, penipuan, hingga penistaan agama sekalipun dengan mudahnya muncul ke permukaan. Sayangnya, kebanyakan masyarakat kita tak menyadari bahwa mereka terlalu sering mengkonsumsi tayangan negatif tersebut dari media massa dan terutama media sosial yang dengan cepat membuat sesuatu menjadi viral.
Fakta sosial tersebut pada akhirnya menjadi petuntuk bahwa ada yang kurang dalam desain dan pembelajaran di sekolah kita selama ini. Terkecuali jika kita mendefinisikan kecerdasan menjadi sebatas mengingat saja. Namun masalahnya, kehidupan manusia meniscayakan penalaran agar mampu bertahan, berkembang, dan juga berperadaban. Lalu, bila generasi kita lebih senang menista, membully, atau bahkan anarkis, apakah mungkin kelak bisa menghadapi masa depan yang katanya akan disuguhi bonus demografi?
Terkait hal ini, maka pendidikanlah yang seharusnya mampu menghasilkan manusia yang bermoral, berbudi pekerti dan tentu saja juga berdaya saing tinggi. Pendidikan seharusnya dapat merangsang seseorang untuk berpikir kritis dan piawai memilah alasan tepat dalam setiap aktivitasnya. Pendidikan harusnya mampu membentuk karakter generasi bangsa.
Di tengah labirin persoalan pendidikan yang tiada ujung ini, patutlah kita memberikan apresiasi setingi-tingginya, karena ternyata ada banyak lembaga sekolah yang selama ini berkomitmen untuk merealisasikan pendidikan karakter di sekolahnya. Tak sekedar untuk mengejar prestasi tentu saja, namun juga demi melahirkan generasi penerus yang anggun dalam moral dan unggul dalam intelektual.
Hebatnya, baik pihak sekolah maupun orangtua murid sama-sama bersepakat dan saling percaya agar anak-anaknya dididik dalam sekolah yang menerapkan sistem belajar sehari penuh atau yang ramai diperbincangkan sebagai Full Day School. Tak hanya di kota besar seperti Jakarta dan Bandung, tapi juga di daerah.
Sukses Terapkan Full Day School
Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal I sebetulnya secara jelas disebutkan bahwa, di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Karenanya tak heran bila kemudian pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional.
UU tersebut juga lebih jauh mengemukakan, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Bahkan di dalam Kurikulum 2013, pendidikan karakter menjadi fokus utama. Karakter yang dikembangkan adalah religius, jujur, toleran, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta Tanah Air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Dalam konteks sosial dan kerangka konstitusional seperti inilah kemudian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi menerjemahkan penguatan pendidikan karakter dengan merealisasikan Program Full Day Scholl (FDS). Meskipun dalam perkembangannya kemudian mendapat penolakan dari sebagian masyarakat, namun fakta kemudian berbicara bahwa full day school telah member andil dalam meningkatkan kualitas pendidikan baik di dalam maupun di luar negeri.
Di Singapura misalnya, yang telah sejak lama menerapkan jam sekolah yang cukup panjang. Siswa SD disana mulai sekolah pukul 07.30-13.00 siang. Sedangkan untuk anak SMP dan SMA, bersekolah pukul 07.30-16.00. Mereka terkadang malah pulang pukul 18.00 bila mengikuti kegiatan ekstrakurikuler.
Korea Selatan juga dikenal ketat dalam hal pendidikan. Bagaimana tidak, pemerintah mereka mewajibkan siswa SD agar masuk sekolah mulai pukul 08.00-13.00. Sedangkan siswa SMP bersekolah hingga pukul 16.30. Malahan, untuk siswa SMA pulang pukul 21.00 karena mereka harus mempersiapkan diri untuk ujian masuk universitas.
Sekarang mari kita lihat di dalam negeri, SMP Islam Indramayu salah satunya. Sekolah ini sejak pertama didirikan bahkan telah menggunakan sistem fullday dan terbukti sekolah ini banyak dipercaya para orangtua di daerah tersebut untuk menitipkan anaknya di sekolah.
“Alhamdulillah setelah berjalan sekian tahun, antusiasme masyarakat terhadap sekolah kami cukup tinggi. Ya, mungkin karena sudah lumrah ya, para orangtua sekarang hampir rata-rata bekerja. Jadi ketika anaknya disekolahkan di sekolahan yang regular ketika pulang tidak ada yang jagain. Jadi ketika anak disekolahkan di sekolahan yang fullday secara otomatis orangtua yang sibuk bekerja agak merasa tenang,” kata Kepala Sekolah SMP Islam Indramayu, Ajis Riyanto.
Siswa dan siswi di sekolah tersebut, dari pagi sampai dzuhur mengikuti materi pelajaran pokok, dan ba’da dzuhur sampai sore anak-anak mengikuti ekstrakurikuler, baik itu pendidikan agama maupun ekstrakurikuler lainnya.
Dari sisi kompetensi dan prestasi siswa menurut pria yang akrab disapa Ajis itu, anak yang disekolahkan di sekolahan fullday tentunya ada perbandingan yang sangat menonjol, terutama dari sisi akhlak para siswa.
Sekolah lain misalnya adalah SMPN I Ungggul Bukit Tinggi, yang telah sejak lama menerapkan program sekolah sehari penuh. Kepala sekolah Deswar mengaku sudah menerapkan sistem tersebut sejak lama. Alasannya, pendidikan karakter menurutnya sangat penting untuk membangun akhlak siswa.
“Meski mungkin dengan cara yang berbeda-beda pendidikan karakter sudah banyak yang menjalankan di sekolahnya, kalau di sekolah kami seperti adanya program kotak kejujuran siswa,” ujarnya.
Menurut Deswar, kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah seperti pramuka, paskibra dan ekstra yang lainnya juga merupakan sebagai penanaman karakter siswa. “Di Pramuka itu kan diajarkan seperti gotong royong, nasionalisme dan penguatan mental siswa,” tuturnya.
Lebih lanjut, kata Deswar, penerapan pendidikan karakter sangat penting untuk direalisasikan di setiap sekolah. “Sangat penting, jadi menurut saya apa yang diwacanakan Mendikbud cukup bagis,” tutupnya.
Dasarnya tentu saja seperti dikatakan Muhadjir Effendy bahwa jenjang sekolah SD dan SMP merupakan fondasi anak dalam dunia pendidikan. Karena itu dari jenjang inilah pendidikan karakter harus dimulai. Untuk format penguatan pendidikan karakter pada jenjang ini muatannya 60-70 dan diimplementasikan pada lebih dari 500 sekolah tanpa harus mengutak atik kurikulum (K-13).
“Ini sesuai Nawacita Presiden bahwa pendidikan karakter lebih utama bagi siswa. Lima karakter yang diutamakan adalah relijius dan nasionalis. Sudah ribuan sekolah yang meminta dan siap menjadi percontohan untuk tahun depan,” ujar Muhadjir Effendy.
Menteri pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy baru-baru ini mengusulkan ide full day school. Menurutnya, sistem ini akan membuat anak pulang sore hari bersamaan dengan orangtuanya yang pulang kerja. Dengan begitu orangtua bisa mengawasi anaknya dengantepat waktu.
Program ini juga bertujuan mengurangi kegiatan tawuran atau penyimpangan lainnya sepulang sekolah. Mendikbud juga berharap dengan adanya full day school secara perlahan bisa membangun karakter anak agar tidak liar di luar sekolah saat orangtua bekerja.
Meski begitu ide full day school dari mendikbud ini ternyata menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Banyak orangtua berpendapat anak akan stress jika dipaksa sekolah seharian penuh. Namun ada juga yang setuju dan menganggap full day school sudah biasa dan banyak diterapkan di negara maju.
Raih Prestasi Berkat FDS
Soal prestasi, sistem FDS tentu saja tidak dapat dinafikan perannya. Singapura, Hongkong, dan Korea Selatan adalah bukti nyata bagaimana kemudian kedisiplinan dan pendidikan karakter yang dilakukan dalam kerangka full day scholl telah membuat mereka bertengger di puncak Global Scholl Rangking tahun 2015 silam.
Dengan sistem tersebut, Singapura berhasil menempati peringkat pertama Global School Rangking tahun 2015 silam. Sementara Korea Selatan walau terkesan ‘menyiksa’ pelajarnya, namun buktinya berhasil berada di peringkat ketiga Global School, hanya kalah dari Hongkong dan Singapura.
Meskipun Indonesia saat ini berada di peringkat 69, namun perlu juga dilihat prestasi beberapa sekolah yang telah lebih dulu menerapkan sistem fullday. SMP Muhammadiyah 3 Depok Sleman (Mugadeta) misalnya, yang baru – baru ini berhasil meraih juara 1 pada Kontes Robot Pintar Yogyakarta (KRPY) di Taman Pintar. Juara pertama berhasil diraih tim robotik sekolah ini pada kategori Yunior Light Follower (penjejak cahaya).
Waka Kesiswaan SMP Mugadeta Ary Gunawan menuturkan, juara pertama diraih oleh tim atas nama Nafian Falah Akbar dan Muhammad Farel dari kelas. Kedua siswa kelas VIII ini sukses mengatasi lawan – lawannya dari berbagai sekolah di Indonesia.
Selain meraih juara pertama, tim lain dari sekolah ini mampu meraih juara dua dan juara tiga pada ajang yang sama. Tim Robot Judo (petarung) yang beranggotakan Arsyi Muhammad dan Muhammad Ilyas berhasil membawa pulang gelar juara dua. Sementara Sigit widyanto hanya berhasil meraih juara empat pada kategori Light Follower.
Dalam spectrum yang lebih luas, full day scholl tentu saja tak sekadar untuk mengejar prestasi namun merujuk pada visi Presiden Joko Widodo, yaitu melakukan ‘Revolusi Mental”.
“Jadi melalui Full Day School, setelah belajar setengah hari peserta didik tidka langsung pulang ke rumah, namun dapat mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang menyenangkan dan membentuk karakter, kepribadian, serta mengembangkan potensi,” ujarnya.
Dengan sistem pendidikan seperti itu, maka tak hanya prestasi yang akan diraih namun kelak Indonesia akan menjadi bangsa yang berdaya saing tinggi dan mampu menciptakan peradabannya sendiri. [ ]
.
Comment