Opini

Selasa 10 Juni 2025 | 21:49 WIB

Laporan: Khotib

Masa Depan Layanan Publik di Era Digital

Rendi Adi Putra, Mahasiswa UNPAM (Istimewa)

Sebagai mahasiswa Teknologi Informasi, saya sering merenungkan bagaimana inovasi digital dapat mentransformasi aspek-aspek krusial dalam kehidupan kita, salah satunya adalah interaksi antara pemerintah dan warga negara. Di tengah gempuran perkembangan teknologi yang begitu pesat, e-government dan partisipasi elektronik (e-partisipasi) bukan lagi sekadar wacana, melainkan sebuah keharusan untuk menciptakan layanan publik yang lebih efisien dan transparan.

Mari kita jujur, antrean panjang di kantor pemerintahan, birokrasi yang berbelit, dan informasi yang tidak transparan adalah hal yang seringkali membuat kita frustrasi. Di sinilah e-government hadir sebagai solusi. Lebih dari sekadar membuat aplikasi atau situs web, e-government adalah sebuah pendekatan holistik yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk menyederhanakan proses, meningkatkan aksesibilitas, dan mengurangi biaya operasional. Saya melihat banyak contoh di mana e-government telah menunjukkan taringnya. Pelayanan perizinan daring, pembayaran pajak elektronik, atau bahkan sistem pengaduan masyarakat berbasis aplikasi adalah beberapa implementasi nyata yang telah memudahkan hidup kita. Bayangkan saja, mengurus dokumen penting dari genggaman tangan, kita tanpa perlu beranjak dari rumah. Ini bukan lagi mimpi, ini adalah realitas yang terus berkembang. Namun, sebagai seorang mahasiswa IT, saya juga menyadari bahwa tantangannya tidaklah kecil. Infrastruktur yang belum merata, masalah keamanan siber, dan kurangnya literasi digital di sebagian masyarakat menjadi hambatan yang perlu diatasi. Kita tidak bisa hanya fokus pada pengembangan teknologi canggih, tapi juga harus memastikan bahwa teknologi tersebut dapat diakses dan dimanfaatkan oleh seluruh lapisan masyarakat.

Selain peningkatan layanan, aspek yang tak kalah penting dari pemanfaatan TIK oleh pemerintah adalah partisipasi elektronik. Ini adalah tentang bagaimana warga negara dapat lebih aktif terlibat dalam proses pengambilan keputusan dan perumusan kebijakan melalui platform digital. Di era di mana informasi menyebar begitu cepat, pemerintah perlu membuka kanal-kanal baru agar suara rakyat dapat didengar secara lebih efektif. Forum diskusi online, survei kebijakan melalui aplikasi, atau bahkan platform untuk mengusulkan ide-ide pembangunan adalah bentuk-bentuk e-partisipasi yang menjanjikan. Dengan e-partisipasi, warga tidak lagi hanya menjadi objek pembangunan, melainkan subjek yang memiliki peran aktif dalam membentuk masa depan lingkungannya. Ini adalah jembatan yang menghubungkan pemerintah dengan aspirasi warganya secara langsung. Tentu saja, partisipasi elektronik juga memiliki tantangannya sendiri. Bagaimana memastikan bahwa suara yang masuk adalah representasi dari seluruh lapisan masyarakat? Bagaimana mencegah manipulasi informasi atau hoax yang dapat mengganggu jalannya diskusi publik? Ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang perlu terus kita cari jawabannya bersama, melibatkan para ahli, pemerintah, dan tentu saja, warga itu sendiri.

Dari sudut pandang saya sebagai mahasiswa TI, keberhasilan implementasi e-government dan e-partisipasi sangat bergantung pada kesiapan digital bangsa. Ini bukan hanya tentang ketersediaan perangkat keras atau akses internet, tetapi juga tentang pola pikir, keterampilan, dan kesadaran akan potensi TIK. Saya percaya, investasi dalam pendidikan digital, pelatihan keterampilan siber, dan kampanye literasi digital harus menjadi prioritas. Kita tidak bisa membiarkan kesenjangan digital semakin melebar. Mahasiswa TI memiliki peran penting di sini, tidak hanya sebagai pengembang sistem, tetapi juga sebagai agen perubahan yang dapat mengedukasi dan memfasilitasi adopsi teknologi di tengah masyarakat. Pemerintah juga perlu lebih proaktif dalam mendengarkan masukan dari komunitas IT, akademisi, dan praktisi. Kolaborasi lintas sektor adalah kunci untuk membangun ekosistem digital yang kuat dan inklusif. Jangan sampai kita terlena dengan kemajuan teknologi yang pesat, namun lupa untuk memastikan bahwa teknologi tersebut benar-benar membawa manfaat bagi seluruh rakyat. Pada akhirnya, e-government dan partisipasi elektronik bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah perjalanan. Perjalanan menuju layanan publik yang lebih baik, pemerintahan yang lebih transparan, dan partisipasi warga yang lebih bermakna. Sebagai generasi muda yang melek digital, sudah saatnya kita mengambil peran aktif dalam membentuk masa depan digital Indonesia.

By; Rendi Adi Putra (Mahasiswa Universitas Pamulang Prodi Teknik Informatika)

Comment