Riset

Rabu 18 Januari 2017 | 22:44 WIB

Laporan: Maruf Mtq

Peran Kepala Sekolah sebagai Manajer

kepala sekolah

Jakarta-visione.co.id - Salah satu arahan Presiden yang diberikan kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy adalah melakukan perombakan besar-besaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pendidikan juga diupayakan link and match dengan dunia usaha dan industri. Tentu saja arahan tersebut bukan tanpa alasan, lantaran turunnya daya saing global Indonesia dan prediksi bonus demografi.

“Perlu ada perombakan besar-besaran untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita,” kata Jokowi dalam sebuah rapat terbatas mengenai APBN untuk pendidikan dan kesehatan awal Oktober lalu.

Bila mengacu pada laporan International Institute for Management Development (IMD) 2016, peringkat daya saing Indonesia turun enam peringkat dari peringkat ke-42 menjadi ke-48. Turunnya daya saing ini tentu saja cukup mengkhawatirkan, apalagi dengan kondisi perekonomian dunia yang kian tak menentu seperti sekarang ini.

Sementara itu, Indonesia juga diprediksi akan mendapat bonus demografi di tahun 2020-2030. Kondisi dimana penduduk dengan umur produktif sangat besar sementara usia muda semakin kecil dan usia lanjut belum banyak. Dua persoalan inilah yang kemudian menuntut kita bangsa Indonesia untuk mempersiapkan lulusan sekolah yang siap untuk bekerja.

Sebelum beranjak pada langkah selanjutnya dalam mengejar semua target pendidikan sesuai arahan Presiden tersebut, tentu saja ada beberapa hal yang mesti dipertimbangkan. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Mendikbud Muhadjir Effendy ketika dihubungi, bahwa dalam model pendidikan yang menekankan akselerasi petumbuhan saja, teraktualisasi model pendidikan administratif-terencana yang memungkinkan terhambatnya reproduksi makna dalam proses belajar mengajar di sekolah. Proses belajar pun menjadi tak lebih dari sekadar transfer of knowledge ansich.

Karena itu lanjut Muhadjir, bahwa mempersiapkan tenaga yang berdaya saing dan berkualitas itu tak bisa dilepaskan terkait penanaman karakter. Tanpa penanaman karakter, seringkali ada gap antara panggilan jiwa dengan dengan kebutuhan riil di lapangan, dimana orangtua misalnya tak memberikan izin kepada anaknya untuk menempati posisi tertentu di daerah. Sehingga benarlah kiranya jika menamkan jiwa corsa itu memang harus dibentuk tidak ujug-ujug di level sekolah menengah atas, namun sejak dini di level sekolah dasar. “Makanya muncul arah kebijakan level karakter di SD itu 70, sedangkan knowledgenya itu 30. Lalu semakin ke atas semakin berkurang. Penumbuhan karakter, gigih, mau berkerja sama, nasionalisme harus dibina sejak basic, SD. Itu artinya dibutuhkan revitalisasi sekolah dalam hal menanamkan karakter, dan tugas utama tersebut sejatinya diemban seorang kepala sekolah,” ujar Muhadjir Effendy.

Kepala Sekolah: Guru atau Manajer

Bicara soal peran dan kompetensi seorang kepala sekolah, maka tentu kita harus branjak dari tataran regulasi, dimana sebetulnya sudah ada standar kompetensi kepala sekolah sebagaimana disebutkan dalam Permendikbud No.13 tahun 2007. Dalam aturan tersebut disebutkan paling tidak ada 5 dimensi kompetensi bagi seorang kepala sekolah, yakni; kompetensi kepribadian, manajerial, supervise, kewirausahaan, dan sosial. Untuk selanjutnya, masing-masing dimensi itu sudah diturunkan menjadi indikator-indikator khusus.

Lalu bila kita profilkan, bagaimana potret kepala sekolah yang sesuai kompetensi yang ada, Ditjen GTK mencatat telah ada 166 ribu dari 260-an ribu yang telah mengikuti uji kompetensi kepala sekolah. Dimana dari data tersebut sudah diperoleh hasil yang ternyata mayoritas dari sisi kewirausahaannya sudah cukup baik, dimensi manajerialnya juga sudah bagus. Hanya saja ada dimensi yang mesti diperkuat yaitu untuk supervisi.

Agar dimensi supervisi juga mendapat perhatian yang seimbang dari para kepala sekolah, sesungguhnya telah disiapkan program peningkatan kapasitas. Yakni dengan mendorong mereka menjadi seorang pembelajar. Manusia pembelajar adalah manusia yang dalam dirinya, tidak ada kata berhenti untuk belajar, gigih, dan selalu berusaha menggapai kesempurnaan dengan terus Bila saat ini ada program guru pembelajar, maka untuk meningkatkan kapasitas kepala sekolah

Hanya saja dalam kenyataannya, karena beban tugas yang cukup berat dan waktu yang terbatas, maka upaya tersebut sulit dilakukan. Pasalnya ada beban tugas yang selama ini dipikul oleh seorang kepala sekolah. Hal ini sebagaimana dapat dilihat pada Kepmendikbud No.28/2010 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, Kep Mendiknas No.13/2007 tentang Standar Kepala Sekolah dan Kepmendiknas No.19/2007 tentang Tugas Kepala Sekolah. Beberapa tugas yang kiranya menambah tugas kepala sekolah kian berat adalah kewajiban mengajar 6 jam/minggu, yang dalam kenyataannya banyak yang tidak dapat dilaksanakan. Pun demikian dengan kemampuan mengumpulkan angka kredit fungsional yang seringkali terhambat.

Peran kepala sekolah sesungguhnya  amat vital dalam melahirkan lulusan yang berkualitas. Kenapa demikian? Karena salah salah satu kekuatan yang efektif dalam pengelolaan sekolah ketika menghadapi perubahan adalah kepemimpinan kepala sekolah. Sementara kepemimpinan merupakan inti dari organisasi dan manajamen dan berperan sebagai penggerak, dinamisator, dan koordinator dari segala sumber daya manusia dan sumber daya lainnya yang ada dalam organisasi sekolah dan juga sebagai faktor kunci dalam aspek manajerial untuk mencapai sasaran.

Kepala Sekolah Masa Depan

Di abad 21, tantangan seorang kepala sekolah jelas bahwa kepala sekolah sebagai penggerak, leader, dan manajer yang tidak hanya mengelola sekolah, tapi juga utamanya menggerakan agar ada inovasi dan kreasi untuk memikirkan bagaimana menjalin hubungan dan memperluas jaringan kerja.

“Presiden Jokowi mengamanatkan vokasi dan pendidikan karakter, tidak dalam arti sempit. Makanya dalam hal ini kepala sekolah harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan dunia industri sesuai potensi di daerahnya,” ungkap Muhadjir Effendy.

Di negara maju seperti Singapura, setiap orang memiliki kesempatan untuk menjadi kepala sekolah, itu artinya tidak terbatas pada seseorang yang berprofesi sebagai guru. Hal ini karena peran manajerialnya lebih besar ketimbang kewajiban mengajar. Hampir sama di Amerika, dimana peran kepala sekolah lebih kepada urusan manajerial. Kedudukan kepala sekolah adalah direktur administrasi yang menghasilkan kebijakan pendidikan di sekolah dan memiliki jiwa manajer, serta pelindung stabilitas birokrasi sekolah.

Terkait pembentukan karakter, kombinasinya menemukan legitimasi. Karena karakter merupakan suatu kebiasaan yang baik dan sudah menjadi panutan dan nilai-nilai yang telah dianut sekolah dan diharapkan tumbuh di seluruh warga seklolah serta diimplementasikan dalam tindakan, bersikap, berprilaku, dan berkata. Dengan demikian, kepala sekolah harus jadi teladan.

Selain itu, posisi kepala sekolah merupakan penggerak, dirigen, manajer, mengelola bagaimana seorang dirigen harus mengatur semua unsur dapat bergerak seirama. Maka dari itu kompetensi seorang kepala sekolah harus lebih, karena ia dituntut mampu melakukan supervise terhadap guru, tenaga pendidik lainnya. Pun demikian ketika ia berkomunikasi dengan komite sekolah, pengawas sekolah, dan lingkungan ekternal. Semuanya menjadi holistik; sekolah, keluarga, dan masyarakat.

Saat ini, sesungguhnya telah ada program yang juga didorong oleh Kemdikbud (sesuai nawacita) berupa pertukaran kepala sekolah di wilayah 3 T (terpencil, terluar, dan tertinggal) dengan sekolah-sekolah yang relatif lebih maju. Dalam program ini ada 750 kepala sekolah di wilayah 3 T yang kemudian mendapatkan penguatan kepemimpinan dari kepala sekolah yang telah maju.

Program ini telah berjalan sejak tahun 2015 sesuai roadmap yang dimiliki hingga tahun 2019. Untuk tahun 2015, meski dengan rentang waktu yang pendek, namun program tersebut telah berjalan dengan baik, ada antusiasme yang membuncah. Karenanya, di tahun selanjutnya, 2016 program peningkatan mutu sekolah ini dijalankan selama satu semester full.

Selain program-program tersebut, Kemdikbud juga sebetulnya telah memberikan apresiasi dalam bentuk lomba bagi mereka kepala sekolah yang memiliki prestasi dan dedikasi yang tinggi. Kenapa disebut berdedikasi, karena ada begitu banyak kepala sekolah yang dengan serba keterbatasan, terutama di wilayah 3 T, mereka tetap menjalankan tugasnya tanpa kenal lelah. Spirit utama dari ajang apresiasi ini tentu saja agar dapat memberikan inspirasi bagi para kepala sekolah lainnya, bahwa peran kepala sekolah terutama dalam melahirkan lulusan yang siap bekerja dan berkarakter teramat penting.

Ke depan, memang diperlukan adanya pengembangan arah visi dan misi serta strategi agar kepala sekolah tak lagi sekadar guru, tapi lebih sebagai manajer. Ini karena tantangannya cukup berat. Selain soal regulasi, juga potensi adanya ketidaksenangan beberapa guru, karena kekuasaan yang penuh dari seorang kepala sekolah sebagai manajer.

Pun juga soal anggaran, diperlukan adanya peningkatan anggaran. Karena dengan peran dan tugas kepala sekolah sebagai manajar, mengacu pada beberapa negara yang telah menerapkan kebijakan serupa, gaji guru dan terutama kepala sekolah pun secara otomatis akan bertambah. [ ]

TAG BERITA

Comment